Tanda-tanda Bell's Palsy adalah terjadi asimetri pada wajah, rasa baal/kebas di wajah, air mata tidak dapat dikontrol dan sudut mata turun. Selain itu, terjadi kehilangan reflex konjungtiva sehingga tidak dapat menutup mata, rasa sakit pada telinga terutama di bawah telinga, tidak tahan suara keras pada sisi yang terkena, sudut mulut turun , sulit untuk berbicara , air menetes saat minum atau setelah membersihkan gigi dan kehilangan rasa di bagian depan lidah.
Pada kasus yang ringan proses penyembuhan lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf.
Pasien Bell's Palsy yang sudah parah akan mengalami perubahan bentuk wajah menjadi penyok, bicara tidak jelas, fungsi lidah terganggu terutama saat mengucapkan huruf konsonan.
Apa yang jadi penyebabnya?
Kerusakan saraf facialis merupakan penyebab Bell’s Palsy. Kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti mengapa, tetapi para ahli meyakini infeksi virus Herpes simplek sebagai penyebab utamanya, sehingga terjadi proses radang dan pembengkaan saraf. Selain itu, disebutkan juga virus Herpes zoster yang sering menyerang wajah tanpa disertai gejala yang jelas, dan virus Epstein-Barr.
Gangguan otot wajah dapat pula disebabkan oleh serangan stroke, infeksi, sakit getah bening dan tumor.
Juga disebutkan penyebab Bell's Palsy karena angin dingin yang masuk ke dalam tengkorak, yang membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar.
Siapa saja yang beresiko terkena Bell’s Palsy ?
Kasus ini banyak terjadi pada musim dingin, biasanya yang dialami laki-laki yang tergolong usia dewasa. Kemungkinan hal ini karena lelaki banyak beraktivitas/bekerja di luar. Orang yang bekerja di ruangan ber AC pun bisa terserang bila hawa dingin yang ditimbulkan hanya terpusat pada satu tempat.
Bell's Palsy sering pula terjadi pada seseorang dengan sistem kekebalan yang menurun seperti hamil, mengidap diabetes atau sedang mengalami infeksi. Juga mereka yang mempunyai keluarga dengan riwayat pernah mengalami serangan penyakit ini. Dalam kasus ini kemungkinan faktor genetik ikut berperan.
Cara Mendiagnosis Bell’s Palsy
Belum ada tes laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis. Biasanya dokter mengambil kesimpulan dari kondisi wajah dan gerakan otot wajah ketika memejamkan mata, mengangkat alis, memperlihatkan gigi dan mengerutkan dahi.
Pemeriksaan untuk memastikan diagnosa adalah dengan.
Pemeriksaan ini mengukur kegiatan listrik otot sewaktu merespon rangsangan yang dilakukan terhadapnya dan dapat menunjukkan seberapa banyak kerusakan saraf yang terjadi, serta dapat memastikan separah mana penyakit tersebut.
2. Imaging scans
Sebuah pemeriksaan dengan sinar rongen (X-ray), magnetic resonance imaging ( MRI ), atau computerized tomography (CT ) yang lebih dapat memastikan penyebab gangguan syaraf itu, bukan karena infeksi, tumor atau kerusakan tulang pada wajah.
Bagaimana cara mengobatinya ?
Terapi medikamentosa efektif utk mempercepat proses penyembuhan, apalagi jika pemberiannya sedini mungkin. Hal penting dalam optimalisasi terapi adalah “Latihan Wajah”. Yang perlu diperhatikan juga adalah “Mata”. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna akan menimbulkan masalah baru berupa iritasi dan infeksi mata. Jika tidak dilakukan perhatian khusus. Hal yang dapat dilakukan adalah pemberian air mata buatan, mengedipkan mata secara manual, penggunaan pemberat kelopak mata sampai tindakan operatif.
Evaluasi
Evaluasi terhadap derajat kerusakan saraf dapat dilakukan setelah melewati fase akut dengan menggunakan pemeriksaan EMG pada minggu kedua dengan memeriksa reflex kedip (blink reflex), sehingga dapat untuk memprediksi prognosa penyakit.
Umumnya penderita Bell's Palsy dapat pulih ke kondisi semula dengan ataupun tanpa pengobatan khusus. Namun dokter akan memberikan saran obat atau pengobatan fisik yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Jarang dilakukan pembedahan pada Bell's Palsy.
Latihan Wajah
Latihan dilakukan minimal 2 – 3 kali sehari.
Kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya, untuk itu lakukan sebaik mungkin.
Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah untuk meningkatkan aliran darah pada otot-otot wajah.
Lanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakkan otot-otot wajah.
Lakukan latihan di depan cermin.
Gerakan yang dilakukan berupa:
- Tersenyum
- Mencucurkan mulut kemudian bersiul
- Mengatupkan bibir
- Mengerutkan hidung
- Mengerutkan dahi
- Menarik sudut mulut secara manual dengan telunjuk dan ibu jari
- Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari panjang (selain ibu jari)
- Menutup mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar