Senin, Januari 07, 2013

Bell's Palsy dan Tindakan Medis Gigi

Bell's Palsy adalah penyakit  yang menyerang saraf wajah sehingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf  facialis yang berkaitan dengan  motorik wajah. Nama penyakit ini diambil dari nama Sir Charles Bell, dokter ahli bedah dari Skotlandia yang pertama menemukan dan mempresentasikan di Royal Society of London pada tahun 1829. Ia menghubungkan kasus tersebut dengan kelainan pada syaraf wajah. Meski namanya unik, penyakit ini akan mengganggu secara estetika ataupun fungsi wajah. Jika tidak ditangani maka akan terjadi kecacatan dengan muka miring atau penyok.




Gejala dan Komplikasi 

Tanda-tanda Bell's Palsy adalah terjadi  asimetri pada  wajah, rasa baal/kebas di wajah, air mata tidak dapat dikontrol dan sudut mata turun. Selain itu, terjadi  kehilangan reflex konjungtiva sehingga  tidak dapat menutup mata, rasa sakit pada telinga terutama di bawah telinga, tidak tahan suara keras pada sisi yang terkena, sudut mulut turun , sulit untuk berbicara air menetes saat minum atau setelah membersihkan gigi dan kehilangan rasa di bagian depan lidah.

Pada kasus yang ringan proses penyembuhan lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf.

Pasien Bell's Palsy yang sudah parah akan mengalami perubahan bentuk wajah  menjadi  penyok, bicara tidak jelas, fungsi lidah terganggu terutama saat mengucapkan huruf konsonan.


Apa yang jadi penyebabnya?

Kerusakan saraf facialis merupakan  penyebab Bell’s Palsy. Kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti mengapa, tetapi para ahli meyakini infeksi virus Herpes simplek sebagai  penyebab utamanya, sehingga terjadi  proses radang dan pembengkaan saraf. Selain itu, disebutkan juga virus Herpes zoster yang sering menyerang wajah tanpa disertai gejala yang jelas, dan virus Epstein-Barr.


Gangguan otot wajah dapat pula disebabkan oleh serangan stroke, infeksi, sakit getah bening dan tumor.


Juga disebutkan penyebab Bell's Palsy karena angin dingin yang masuk ke dalam tengkorak, yang membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar.


Siapa saja yang beresiko terkena  Bell’s Palsy ?

Kasus ini banyak terjadi  pada musim dingin, biasanya yang dialami laki-laki yang tergolong usia dewasa. Kemungkinan hal ini karena lelaki banyak beraktivitas/bekerja di luar. Orang yang bekerja di ruangan ber AC pun bisa terserang bila hawa dingin yang ditimbulkan hanya terpusat pada satu tempat. 


Bell's Palsy sering pula terjadi pada seseorang dengan  sistem kekebalan yang menurun seperti hamil, mengidap diabetes atau sedang mengalami infeksi. Juga mereka yang mempunyai keluarga dengan riwayat pernah mengalami serangan penyakit ini. Dalam kasus ini kemungkinan faktor genetik ikut berperan.


Cara Mendiagnosis  Bell’s Palsy

Belum ada tes laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis. Biasanya dokter mengambil kesimpulan dari kondisi wajah dan gerakan otot wajah ketika memejamkan mata, mengangkat alis, memperlihatkan gigi dan mengerutkan dahi.

Pemeriksaan untuk memastikan diagnosa adalah dengan. 


1. Electromyography (EMG)

Pemeriksaan ini mengukur kegiatan listrik otot sewaktu merespon rangsangan yang dilakukan terhadapnya dan dapat menunjukkan seberapa banyak kerusakan saraf yang terjadi, serta dapat  memastikan separah mana penyakit tersebut. 


2. Imaging scans

Sebuah pemeriksaan  dengan  sinar rongen (X-ray), magnetic resonance imaging ( MRI ), atau computerized tomography (CT ) yang lebih dapat memastikan penyebab gangguan syaraf itu, bukan karena infeksi, tumor atau kerusakan tulang pada wajah.


Bagaimana cara mengobatinya ?

Terapi medikamentosa efektif utk mempercepat proses penyembuhan, apalagi jika pemberiannya sedini mungkin. Hal penting dalam optimalisasi terapi adalah “Latihan Wajah”. Yang perlu diperhatikan juga adalah “Mata”. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna akan menimbulkan masalah baru berupa iritasi dan infeksi mata. Jika tidak dilakukan  perhatian khusus. Hal yang dapat dilakukan adalah pemberian air mata buatan, mengedipkan mata secara manual, penggunaan pemberat kelopak mata sampai tindakan operatif.


Evaluasi

Evaluasi terhadap derajat kerusakan saraf dapat dilakukan setelah melewati fase akut dengan menggunakan pemeriksaan  EMG pada minggu kedua dengan  memeriksa reflex kedip (blink reflex), sehingga dapat untuk memprediksi prognosa penyakit.


Umumnya penderita Bell's Palsy dapat pulih ke kondisi semula dengan ataupun tanpa pengobatan khusus. Namun dokter akan memberikan saran obat atau pengobatan fisik yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Jarang dilakukan pembedahan pada Bell's Palsy.


Latihan  Wajah

Latihan dilakukan minimal 2 – 3 kali sehari.

Kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya, untuk itu lakukan sebaik mungkin.


Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah untuk meningkatkan aliran darah pada otot-otot wajah.


Lanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu  yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakkan otot-otot wajah.


Lakukan latihan di depan cermin.

Gerakan yang dilakukan  berupa:

- Tersenyum

- Mencucurkan mulut kemudian  bersiul

- Mengatupkan bibir

- Mengerutkan hidung

- Mengerutkan dahi

- Menarik sudut mulut secara manual dengan telunjuk dan ibu jari

- Mengangkat alis secara manual dengan  keempat jari panjang (selain ibu jari)

- Menutup mata.

Tidak ada komentar: