Senin, November 16, 2009

APEX RESECTION

Perawatan Endodontik dapat dilakukan secara konvensional maupun secara bedah. Tindakan bedah dilakukan apabila perawatan secara konvensional tidak berhasil, misalnya pada keadaan akar gigi yang sangat melengkung, adanya kelainan periapikal dan lain-lain.
Reseksi akar merupakan bentuk prosedur bedah yang paling umum dilakukan. Tujuan reseksi akar ini adalah untuk menjamin penempatan suatu bahan penutup/tumpatan yang tepat di antara periodonsium dengan foramen saluran akar. Bila penumpatan tidak dapat diperoleh secara memuaskan melalui cara ortograad (pengisian saluran akar dari arah mahkota ke apeks), maka prosedur bedahnya adalah melakukan reseksi akar sehingga pengisian saluran akar dapat dilakukan secara retrograad (pengisian saluran akar dari apeks ke mahkota).




Reseksi akar adalah tindakan pemotongan ujung akar dengan maksud agar dapat mempertahankan gigi dengan perawatan saluran akar. Reseksi akar dapat dilakukan dalam dua kali kunjungan atau satu kali kunjungan saja. Kunjungan untuk reseksi akar tergantung pada sifat kooperatif pasien tersebut.
Operasi reseksi akar pertama kali dilakukan oleh Farrar dan Brophy sebelum tahun 1880 dan hasilnya kurang begitu baik hingga tahun 1890 sampai ditemukannya suatu cara operasi yang lebih baik oleh Rhein dimana dia menganjurkan pemakaian metode perawatan radikal untuk cronic alveolar abses. Sejak itu perbaikan teknik operasi terus berkembang dan operasi telah dapat dilakukan oleh dokter gigi biasa dan ahli bedah mulut.
Dalam rencana operasi untuk gigi premolar atau gigi molar atas maka rontgen foto harus betul-betul dipelajari untuk menentukan daerah proksimal antrum terhadap ujung akar. Pada gigi molar biasanya akar yang direseksi adalah akar mesiobukal atau distobukal.
Reseksi akar dapat saja dilakukan tetapi penggunaannya terbatas dan bukan merupakan suatu prosedur yang rutin karena harus mempertimbangkan hal-hal seperti:
1. Banyaknya tulang yang harus dibuang.
2. Operasi ini tidak selalu mudah dikerjakan pada gigi posterior.
3. Adanya pembengkakan dan rasa sakit pasca operasi yang kadang-kadang muncul bersamaan sewaktu operasi.
Reseksi akar terutama sekali dilakukan untuk membuang iritasi di daerah periapikal seperti granuloma yang besar, kista radikular, perforasi karena kesalahan sewaktu pengisian saluran akar, karena alasan estetik tertentu (biasanya pada gigi anterior), keadaan saluran akar yang sangat melengkung sehingga pengisiannya tidak dapat dilakukan secara ortograad sehingga penanganannya memerlukan tindakan pengisian secara retrograad. Reseksi akar tidak hanya dilakukan pada kasus-kasus di atas tetapi juga dilakukan pada kasus-kasus lain yang memerlukannya.

Persentase keberhasilan dari reseksi akar relatif tinggi. Sommer telah melaporkan 95% keberhasilan didapati pada lebih dari 100 kasus reseksi akar. Blum mendapati terjadinya perbaikan tulang yang normal dari 95-98% dari 200 kasus yang telah dioperasi. Phillips dan Maxmen mengajukan 99% kesuksesan yang didapatinya pada lebih dari 600 kasus yang telah dioperasi. Grossmen, Shepard dan Pearson menemukan bahwa keberhasilan mendekati 95% pada gigi yang telah direseksi menunjukkan perbaikan tulang yang komplit. Keberhasilan perbaikan tulang pada reseksi akar ditentukan dengan pemeriksaan histologis yang juga telah dilaporkan oleh Aisenberg, Blayney, Blum, Coolidge, Herbert, Hill, Moen, dan yang lainnya. Vitalitas gigi tersebut dapat dievaluasi dengan menggunakan electric pulp test dan test dingin.
Ada beberapa metode yang berpengaruh atau digemari dalam pelaksanaan reseksi akar, masing-masing metode tersebut hanya mempunyai perbedaan yang kecil saja misalnya ada beberapa operator mengarah pada pengisian saluran akar lebih dulu sebelum operasi, sementara yang lainnya mengarah pada pengisian saluran akar selama operasi setelah apeks akar tersingkap dan direseksi, ada juga yang mengarah pada pembuatan satu jenis flep saja dan ada juga yang memuat beberapa jenis flep lainnya, ada pula yang mengarah tulang alveolar dengan bone chisels sementara operator lainnya dengan menggunakan bur, ada yang melapisi ujung akar dengan silvernitrat, ada juga yang menempatkan sulfanilamide atau suatu jenis antibiotik di atas luka tersebut, ada juga operator lain yang menutup luka hanya dengan benang bedah saja dan sebagainya.Apapun metode yang dilakukan operator hendaknya mempersiapkan diri baik dari segi pengetahuan maupun ketrampilannya (misalnya mengetahui bentuk anatomi akar, panjang akar dan lokasi dari lesi yang kesemuanya dapat diketahui dengan bantuan rontgen foto), bisa melakukan seleksi kasus dengan tepat sehingga pada akhirnya operasi yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan mencapai keberhasilan sesuai dengan yang diinginkan.


Tidak ada komentar: